Budaya lombok
Sabuk
Belo

Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan
merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di
Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq
bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara pengeluaran
Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama
yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang dilanjutkan dengan praja
mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol ikatan
persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang
diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.
Adapun cara pelaksanaan Mulud Beleq (Maulid Besar) di Desa Lenek Kecamatan
Aikmel Kabupaten Lombok Timur dapat dikatakan berbeda dengan cara pelaksanaan
Maulid Nabi Muhammad SAW di daerah lainnya. Upacara Mulud Beleq (Maulid Besar)
di laksanakan pada tanggal 10 s/d 15 Rabiulawal dengan maksud memperingati hari
kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal.
Upacara ini diawali dengan pengeluaran Sabuk Belo, kemudian dilanjutkan dengan
Pepaosan,
Pembuatan Minyak Obat dimana pembuatan obat tersebut hanya dapat
dilakukan oleh orang yang suci, bagi lelaki dapat dilakukan oleh
anak-anak,dewasa dan yang sudah lanjut usia, sedangkan untuk wanita dilakukan
oleh wanita yang belum mengalami menstruasi dan wanita yang sudah tidak
mengalami menstruasi seperti manita yang sudah lanjut usia, kemudian acara
puncaknya yaitu Praja Mulud.Kemudian pada siang hari dilanjutkan dengan pengajian, penyatuan anak yatim
piatu dan pemberian makan kepada semua makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan,
manusia. Pada malam hari dilanjutkan dengan seni seperti menampilkan wayang.
Upacara Mulud Beleq ( Maulid Besar ) sudah dilaksanakan sejak adanya kerajaan
selaparang dan masih bertahan sampai saat ini.
Masyarakat Lenek pun tetap menjalankan budaya ini dengan rasa suka cita,
meskipun telah terjadi perkembangan zaman dimana banyak masyarakat-masyarakat
lain sudah melupakan budayanya sendiri bahkan anak muda atau remaja masa kini
tidak mengenal budayanya sendiri karena tenggelam dalam kemajuan teknologi yang
mampu menarik perhatian masyarakat. Kemajuan teknologi ini sangat berpengaruh
dalam perkembangan hidup manusia khususnya pada generasi muda. Generasi Muda
pada zaman sekarang ini lebih tertarik pada budaya orang-orang luar karena
mereka menganggap budaya luar lebih maju dari pada budaya mereka sendiri.
Bau
Nyale
Bau
Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai
nilai sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang
Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri
Mandalika. Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk
meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan
menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan
kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat
hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah
sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara
jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali. Bagi masyarakat Sasak, Nyale
dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale),
ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang
bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Upacara
Rebo Bontong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar